Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura utama di Indonesia dan termasuk sembilan bahan pokok menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 dan juga termasuk jenis komoditas yang berhak mendapat pupuk bersubsidi berdasarkan Permentan Nomor 10 Tahun 2022. Keberadaannya tidak bisa lepas dari kebutuhan bumbu dapur bagi ibu rumah tangga. Kebutuhan bawang merah selalu meningkat setiap tahunnya sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia
Berkurangnya
lahan pertanian, serangan dari hama pertanian seperti ulat, jamur dan bakteri,
konsumsi pupuk kimia yang tinggi, pengaruh musim hujan, pemilihan bibit yang
kurang tepat membuat kuantitas dan kualitas produksi bawang merah di Indonesia mengalami
penurunan. Minat para petani untuk menanam bawang merah juga menurun karena
harganya yang tinggi, mahalnya pupuk kimia, pestisida kimia yang harganya
melonjak serta modal pembelian bibit umbi sangat besar.
Salah
satu usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan
program bantuan budidaya bawang merah ke kelompok tani serta sosialisasi
budidaya bawang merah di pekarangan bagi Ibu – ibu anggota KWT (Kelompok Wanita
Tani).
Bawang
Merah (Allium cepa L.) adalah tanaman
semusim, berumur pendek (3 - 4 bulan panen), dan berbentuk rumpun. Akarnya
berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah bawang
merah tidak tahan kering. Bentuk
daunnya seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang,
bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letaknya
melekat pada tangkai yang ukurannya relaif pendek.
Lingkungan pertumbuhan bawang merah yang cocok
adalah suhu udara 25-32° (agak panas), ketinggian tempat 0 - 400 mdpl dan
terbaik (optimal) 0 - 30 mdpl., tanahnya subur (gembur) kaya bahan organik,
tidak tergenang air (becek), pH tanah sekitar 6 - 7.
Budidaya bawang merah di polybag lebih
mudah daripada budidaya di lahan langsung karena biasanya serangan hama
penyakitnya lebih sedikit. Tingkat keberhasilan budidaya bawang merah di
polybag lebih tinggi daripada di lahan langsung asalkan memperhatikan hal – hal
sebagai berikut :
1. Media tanam
Bawang
merah merupakan sayuran umbi sehingga memerlukan media yang remah dan gembur,
mengandung bahan organik yang cukup, dengan ph tanah yang netral. Tanah yang
asam akan mengakibatkan tanaman bawang merah rentan terserang jamur dan
pertumbuhannya kurang optimal. Media tanam untuk bawang merah yang akan
dimasukkan ke polybag terdiri dari campuran tanah, pupuk organik dan arang
sekam (sekam bakar) dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Diamkan selama minimal
seminggu sebelum dilakukan penanaman.
2. Bibit
Apabila
menggunakan sisa bumbu dapur, pastikan umbi tidak cacat, bentuknya sempurna, berwarna
mengkilat dan tidak mengerut. Kekurangan dari penggunaan bibit sisa bumbu dapur adalah mutunya tidak
seragam.
3. Perlakuan bibit
4. Cara tanam
Tanam
bibit bawang merah yang sudah di potong ujungnya dalam media tanam yang sudah
disiapkan minimal seminggu sebelumnya. Dalam setiap polybag dapat ditanam 3 - 5
umbi tergantung besarnya ukuran polybag yang digunakan. Tanam umbi secara
dangkal pada media di polybag, usahakan ujung umbi yang dipotong tidak terkena
tanah. Setelah muncul tunas, dapat dilakukan membubunan di sekitar tanaman
bawang merah.
5. Perawatan
Perawatan
tanaman bawang merah di polybag meliputi :
a. Penyiraman
Tanaman
bawang merah termasuk butuh air banyak namun tidak tergenang. Pastikan media
tanam selalu dalam kondisi lembab jangan sampai kekeringan. Bila musim kemarau
perlu dilakukan penyiraman 2 x sehari. Bila musim hujan pastikan siram tanaman
setelah hujan untuk mengurangi resiko serangan jamur dan penyakit tular tanah.
Setelah
tanaman berumur 2 bulan, penyiraman harus dikurangi, agar diperoleh umbi yang
berwarna merah cerah. Untuk mempercepat penuaan umbi, setelah tanaman berumur
lebih dari 55 hari, lakukan penyiraman pada siang hari.
b. Pemupukan
Pemupukan
dasar diberikan pada saat tanam, yaitu dengan memberikan ½ sendok makan (3 gram)
TSP/SP- 36 per polybag. Pemupukan susulan I dilakukan saat tanaman berumur 14
hari dengan memberikan NPK ½ sendok makan (3 gram). Untuk pemupukan susulan II
dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, yaitu dengan
pemberian NPK sebanyak ½ sendok makan (3 gram).
c.
Penyiangan
gulma
Gulma yang tumbuh di media tanam perlu disiangi secara berkala agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman bawang merah. Dengan penyiangan gulma secara berkala diharapkan nutrisi yang ada pada media tanam dapat teroptimalkan oleh bawang merah.
d. Pengendalian hama penyakit
Perlu
dilakukan pengamatan rutin pada tanaman bawang merah yang ada di polybag agar
dapat melakukan pengendalian hama penyakit sedini mungkin bila ada serangan. Tindakan
yang dilakukan terhadap hama yang menyerang tanaman bawang merah antara lain
dengan pemetikan secara manual (dipetik) dan dibuang. Kondisi ini dilakukan
jika ditemui telur dan daun-daun bawang menunjukkan gejala serangan.
Penyemprotan menggunakan pestisida kimia tidak disarankan karena lokasi
penanaman berada di pekarangan rumah.
6. Cara panen
Umur
panen bawang merah sangat ditentukan oleh jenis varietasnya. Pemanenan sendiri
dilakukan sesuai dengan penggunaan bawang merah tersebut nantinya. Untuk
varietas Bima, panen bawang merah untuk konsumsi dapat dilakukan saat tanaman
berumur 60 hari, dan jika akan digunakan sebagai umbi bibit, dilakukan pada
saat umur tanaman 70 sampai 90 hari.
Ciri-ciri
tanaman bawang merah Bawang merah siap panen yang siap dipanen diantaranya:
1)
Jika dipegang, pada bagian pangkal daun sudah lemas,
2)
70 80% bagian daunnya berwarna kuning pucat dan 80% telah rebah, 3) sebagian
umbi sudah terlihat dipermukaan tanah,
4)
Umbi bawang berwarna merah tua/keunguan.
Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah, caranya dengan mencabut seluruh
tanaman secara hati-hati lalu ikat menjadi satu dan setiap ikatan terdiri dari
tanaman yang diikat pada 1 / 3 bagian ujung daunnya. Hal yang perlu
diperhatikan saat pemanenan adalah hindari luka pada umbi akibat gesekan dengan
tanah dan umbi yang tertinggal dalam tanah. Untuk menghindari pelukaan pada
umbi bawang merah, lakukan penyiraman 1-2 hari sebelum panen.
7. Pasca panen
Setelah dipanen, umbi bawang merah perlu dilakukan pelayuan. Tujuan proses pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air terutama pada daun dan leher umbi bawang merah, dengan pelayuan daun dapat menghasilkan warna umbi yang lebih mengkilat. Pelayuan dilakukan dengan menjemur bawang merah di bawah sinar matahari selama 2-3 hari setelah panen atau sampai daun setengah kering. Usahakan umbi bawang tidak terkena sinar matahari secara langsung, namun hanya bagian daun dan leher umbi bawang merah saja. Proses pelayuan juga dimaksudkan untuk mengurangi proses pembusukan. Selain itu, pengurangan bobot umbi jauh lebih kecil dibandingkan umbi yang disimpan tanpa proses pelayuan. Melalui proses pelayuan, dapat menurunkan susut bobot umbi 3-5%.
Setelah proses pelayuan, tahapan berikutnya adalah pengeringan. Tujuan proses pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air umbi bawang merah sampai batas dimana perkembangan mikro organisme dan kegiatan enzimatis. Umumnya, proses pengeringan hampir sama dengan pelayuan, hanya waktunya lebih lama yaitu 7-14 hari. Proses pengeringan dilakukan dengan cara menggantung di atas para para dan dibalik setiap 2 hari, namun cara ini sangat tergantung pada kondisi cuaca. Penjemuran dilakukan dengan menyusun barisan 5-7 baris, posisi daun pada bagian atas. Pembalikan dilakukan 2-3 hari sekali. Proses pengeringan dihentikan pada saat umbi telah mencapai susut bobot 25-40% dan kadar air umbi telah mencapai 80-84%. benih sumber sampai umbi siap digunakan sebagai benih sebar.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
REFERENSI
:
1.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/85919/BUDIDAYA-BAWANG-MERAH-DALAM-POT-POLYBAG/
2.
https://dinastph.lampungprov.go.id/detail-post/tanam-dan-panen-bawang-merah-di-polybag
3. Fachruzi, I dan
Antar Sofyan. 2021. Cara Menanam Bawang
Merah Dengan Mudah dan Praktis Dalam Polibag. ILUNG : Jurnal Pengabdian
Inovasi Lahan Basah Unggul Vol. 1, No. 2 November 2021, Hal. 1-8. DOI:
https://doi.org/10.20527/ilung.v1i2
Pujiati, Novi Primiani, Marheny L,. 2017. Budidaya Bawang Merah pada Lahan Sempit. Prodi Pend Biologi, FKIP, UNIPMA
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar Anda!